BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Belajar
Sebelum
menguraikan penjelasan lebih mendalam mengenai Hakikat dan Ragam Belajar,
terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan belajar.
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan
itu dapat mengarah kepada tingah laku yang lebih baik, tetapi ada juga
kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.[1]
Mohammad Surya
(1992:23) mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya
dengan lingkungan”.
Selanjutnya
Abin Syamsudin (2005:32) mendefinisikan bahwa “belajar adalah suatu perubahan
perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu”.
Pendapat lain
diungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah (2002:13) bahwa “Belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik”.
Begitu juga
yang diungkapkan oleh M. Ngalim Purwanto (2007:85) dalam bukunya Psikologi
Pendidikan, mengemukakan bahwa: Belajar adalah tingkah laku yang mengalami
perubahan karena belajar menyangkut brebagai aspek kepribadian, baik pisik
maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau
berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Dari beberapa
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku dan
bersikap permanen sebagai hasil belajar individu tersebut. Belajar merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan salah satunya, yaitu keinginan mendapatkan nilai yang baik.
B.
Tujuan dan Faktor-faktor yang
mempengaruhi Belajar
a. Tujuan Belajar
Tujuan pembelajar pada
hakekatnya adalah rumusan tentang perilaku hasil belajar ( kognitif,
psikomotor, dan afektif ) yang diharapkan untuk dimiliki (dikuasai) oleh si
pelajar setelah si pelajar mengalami proses belajar dalam jangka waktu tertentu.[2]
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan
tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa,mata ajaran, dan guru itu sendiri.
berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan
dikembangkan dan diapresiasikan. berdasarkan mata ajaran yang ada dalam
petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.
guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu
menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur.
Suatu
tujuan pembelajaran sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut:
a)
Tujuan itu menyediakan
situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya: dalam situasi bermain peran.
b)
Tujuan mendefinisikan
tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati.
c)
Tujuan menyatakan tingkat
minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya pada peta pulau jawa, siswa dapat
mewarnai dan memberi label pada sekurang-kurangnya tiga gunung utama.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Telah
dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu
perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap proses belajar dinamakan unsur-unsur dinamis belajar.
Unsur dinamis belajar tersebut dapat mendukung (berpengaruh positif) atau
sebaliknya menjadi penghambat (berpengaruh negatif).[3] Adapun
faktor-faktor tersebut dibedakan menajdi dua yaitu:
a) Faktor Internal/Individual, yaitu faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri
misalnya faktor kematangan pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi/minat,
dan faktor pribadi.
b) Faktor Sosial, yaitu faktor yang ada duluar individu misalnya faktor
keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
Kematangan Pertumbuhan
Kita tidak
dapat melihan anak yang berumur enam bulan untuk belajar berjalan. Andaipun
kita paksa, tetap anak itu tidak akan sanggup melakukanya, karna untuk dapat
berjalan seorang anak memerlukan kematangan potensi-potensi jasmaniah maupun
rohaniahnya.
Dengan pula dengan kita, kita tidak dapat
mengajar ilmu pasti kepada anak kelas tiga sekolah dasar, atau mengajar ilmu
filsafat kepada anak yang baru duduk dibangku kelas menengah, itu semua karna
kematangan pertumbuhan merakan yang belum mencukupi dan memenuhi tahap.
Kecerdasan/Intelektual
Disamping kematangan, kecerdasan seorang anak juga sangat
mempengaruhi proses belajar mengajar. Kengataan menunjukkan pada anak yang
memahami proses belajar ilmu pasti/Matematika namun anak tersebut kekurangan
pemahaman mengenai ilmu filsafat atau yang lainnya, ini menunjukkan bahwa
kecerdasan sangat dibutuhkan terhadap proses belajar.
Motivasi/Minat
Diri
Motivasi
sangat mempengaruhi akan kecerdasan anak dalam belar atau memahami penyampaian
dari guru, contohnya bagi anak yang tidak memiliki minat belajar di sekolah
akan tetapi minat yang dimilikinya lebih kepada Pasantren, tentu proses
belajarnya tidaklah efektiv dikarnakan kemalesan akan menghadapi pelajaran yang
diajarkan disekolah.
Keadaan
Keluarga
Ada
keluarga yang miskin, adapula keluarga yang kaya. Ada kelurga yang memiliki
cita-cita tinggi bagi sianak. Dan bahkan ada keluarga yang hidup seharinya
penuh dengan kekacauan dan pertikaian.
Suasana keluarga yang bermacam-macam seperti itu juga menjadi dorongan
bagi sianak sehingga membuatnya mencintai belajar. Namun jika seperti keluarga
diatas yang selalu bertengkar, hal ini juka akan mengurangi minat sianak pada
belajar.
C.
RAGAM
– RAGAM BELAJAR
Keanekaragaman
jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan
kehidupan manusia yang juga bermacam – macam. Adapun ragam belajar dapat
dibedakan menjadi 8 ragam yaitu Ragam Abstrak, Ragam keterampilan, Ragam social,
Ragam pemecahan masalah, Ragam rasional, Ragam kebiasaan, Ragam
apresiasi dan Ragam pengetahuan. [4]
a. Ragam abstrak
Belajar absrtak ialah
belajar yang menggunakan cara – cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk
memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata.
b. Ragam keterampilan
Belajar keterampilan adalah
belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motoric yakni yang berhubungan dengan
urat-urat syaraf dan otot-otot /neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan
menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan –
latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini
misalnya belajar olahraga, music, menari, melukis, memperbaiki benda – benda
elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah sholat dan
haji.
c. Ragam social
Belajar social pada dasarnya
adalah belajar memahami masalah – masalah dan tehnik -tehnik untuk memecahkan
masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan
dalam memecahkan masalah – masalah sosial seperti dalam masalah keluarga,
masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah – masalah lain yang
bersifat kemasyarakatan.
d. Ragam pemecahan masalah
Belajar pemecahan masalah
pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode – metode ilmiah atau berpikir
secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh
kemampuan dan kecakapan koknitif untuk memecahkan masalah secara rasional,
lugas, dan tuntas. Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsep – konsep,
prinsip – prinsip dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan.
e. Ragam rasional
Belajar rasional ialah
belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan sistematis
(sesuai dengan akal sehat). Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam
kecakapan menggunakan prinsip – prinsip dan konsep – konsep. Jenis belajar ini
sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar
rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu
kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal
sehat, logis dan sistematis (Reber, 1998).
f.
Ragam
kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah
proses pembentukan kebiasaan – kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan –
kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri
tauladan dan pemgalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran.
Tujuannya agar siswa memperoleh sikap – sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang
lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu
(kontekstual).
g. Ragam apresiasi
Belajar apresiasi adalah
belajar mempertimbangkan ( judgment ) arti penting atau nilai suatu objek.
Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa
(affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat
terhadap nialai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi music, dan
sebagainya.
Ragam pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar
dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan
tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar
terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan
investigasi dan eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan adalah
agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap
pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khususdalam
mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat – alat laboratorium dan
penelitian lapangan.
D.
PRINSIP-PRINSIP
BELAJAR
Prinsip belajar menurut Wingo (1970:194)
a. Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi
Dalam suatu proses belajar,
banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai hasil belajar, yaitu meliputi
pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menerapkan konsep,
kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan suatu konsep,
menyenangi dan member respons yang positif terhadap sesuatu yang dipelajari,
deperoleh kecakapan melakukan suatu kegiatan tertentu.
b. Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman
Kemauan dan dorongan untuk
melakukan kegiatan yang dapat member pengalaman belajar untuk mencapai
pemahaman sepatutnya muncul dari dalam diri sendiri. Kemunculan hal tersebut
disebabkan oleh adanya rangsangan yang dating dari luar lingkungan. Dalam
kegiatan belajar mengajar, rangsangan dapat ditimbilkan dari guru, dengan menyodorkan
suatu materi pelajaran yang bersifat problematik, atau materi pembelajaran yang
mengandung permasalahan yang menuntut upaya menemukan pemecahan melalui suatu
proses pencarian dan penemuan atau prose pemecahan masalah.
c. Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan
Dalam proses belajar, apa
yang ingin di capai sepatutnya di rasakan dan di miliki olehsetiap siswa.
Tujuan belajar bukan berarti tujuan pembelajaran , karena tujuan pembelajaran
merupakan tujuan dan harapan yang ingin di capai guru dari kegiatan yang di
lakukan. Meskipun apa yang di inginkan guru atau yang di harapkan itu
kemunculannya pada diri siswa , namun belum tentu apa yang di inginkan guru itu
sesuai dengan apa yang di inginkan siswa.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan
diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar
merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir
hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang
bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan dengan tingkah laku,dalam
belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional, sikap,dan yang
lainnya. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar,
kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan
kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.
B.
Saran
Dari kesimpulan diatas,
maka penulis menyarankan kepada pembaca khususnya kepada peserta bahwa belajar
sanagatlah penting untuk diri kita. Dimana dengan belajar dapat merubah tingkah
laku kearah yang lebih baik. Dengan belajar pula kita dapat mengembangkan
bergam kemampuan dan sikap.
Daftar Pustaka
-
Asrori,
Muhammad, H. Prof. Dr.M.Pd, 2007.Penelitian
Tindakan Kelas, Bandung : CV.
Wacana Prima.
-
Hakim, Lukman. 2008. Perencanaan
pembelajaran. Bandung : cv wacana rima
-
Syah, muhibbin. 2009. Psikologi
Belajar. Jakarta : rajawali pres.
-
Purwanto, Ngalim, Drs. H,
MP. 2011. Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
No comments:
Post a Comment